Senin, 15 April 2024 – 08:00 WIB
Tel Aviv – Media berita IRNA melaporkan bahwa serangan awal Iran telah menyebabkan kerugian sekitar 100 juta dolar AS atau sekitar 1,6 triliun rupiah bagi Israel. Pada Sabtu malam waktu setempat, Iran meluncurkan ratusan drone ke Tel Aviv, ibu kota Israel.
Menurut laporan IRNA, kerugian tersebut terutama disebabkan oleh biaya tinggi operasi sistem Iron Dome yang digunakan untuk melindungi Israel.
Berdasarkan sumber dari Youm7, biaya setiap rudal yang ditembakkan oleh Iron Dome untuk menjaga keamanan Israel diperkirakan mencapai 50.000 dolar AS atau sekitar 850 juta rupiah.
Juru Bicara tentara Israel, Daniel Hagari menuturkan, Iran meluncurkan sekitar 200 rudal dan drone bunuh diri. Kendati demikian, Hagari memastikan bahwa serangan Israel itu hanya menyebabkan kerusakan ringin di wilayahnya.
Diketahui, serangan pada Sabtu malam itu memicu sirene serangan udara di seluruh kota di Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem Barat. Tak hanya dari Iran, militer Israel menyebutkan bahwa serangan tersebut juga datang dari Irak dan Yaman, dikutip dari Aljazeera.
Lebih dari 300 drone pembunuh, rudal balistik, dan rudal penjelajah, telah diluncurkan ke wilayah Israel. Namun, Israel mengeklaim bahwa 99 persen dapat dihentikan dengan bantuan pasukan Perancis, Inggris, dan AS.
Petugas medis mengatakan, seorang gadis di Israel selatan terluka oleh pecahan peluru dari pesawat tak berawak yang dicegat. Sementara militer menyebutkan, sejumlah kecil serangan teridentifikasi, termasuk di pangkalan militer di Israel selatan. Pangkalan militer itu mengalami kerusakan kecil pada infrastrukturnya.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengkonfirmasi serangan tersebut, dengan mengatakan pihaknya meluncurkan drone dan rudal di bawah “True Promise Operation”. Ini merupakan bagian dari respons atas tindakan Israel yang menargetkan konsulat Iran di Suriah pada awal bulan ini.
Eskalasi ini terjadi enam bulan setelah perang Israel di Gaza, yang telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut. Akibat kondisi ini, Irak, Yordania, dan Lebanan telah menutup sementara wilayah udara mereka.