Anggota Parlemen Inggris Menyatakan Penembak Jitu Israel Terus Menyerang Gereja Katolik di Gaza

by -164 Views

Gaza – Anggota Parlemen Inggris, Layla Moran, yang keluarganya terjebak di sebuah gereja Katolik, mengatakan bahwa situasi menjadi sangat menyedihkan bagi orang-orang yang berlindung di dalam gereja, di Gaza. Seorang penembak jitu militer Israel diduga menembaki dan membunuh dua wanita dengan brutal di sebuah gereja di Gaza.

Baca Juga :

Israel Sita Lahan Warga Palestina untuk Bangun Jalanan Khusus Pemukim

Moran, anggota parlemen Inggris untuk Oxford West dan Abingdon, mengatakan 300 orang, termasuk anak-anak, berada di dalam gereja Paroki Keluarga Kudus di Kota Gaza, ketika pemboman Israel berlanjut terhadap daerah tersebut hingga minggu kesepuluh.

“Situasinya telah memburuk secara besar-besaran dalam seminggu terakhir. Ada penembak jitu yang menembaki orang.  Apa yang terjadi sungguh mengerikan,” kata Moran, yang merupakan keturunan Palestina, dikutip dari CNN Internasional, Rabu, 20 Desember 2023.

Baca Juga :

PBB Sebut Akhir 2023 Era Paling Mematikan Dalam Sejarah Konflik Palestina-Israel

Anggota Parlemen Inggris, Layla Moran.

“Mereka adalah umat Kristiani yang mencari perlindungan seminggu sebelum Natal, dan telah berada di sana selama lebih dari 60 hari. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga telah diberitahu bahwa mereka perlu mengungsi.”

Baca Juga :

70 Persen Lebih Warga Gaza Alami Kelaparan Akut

Penderitaan orang-orang yang berlindung di gereja tersebut semakin mendapat perhatian internasional setelah Patriarkat Latin Yerusalem menuduh penembak jitu militer Israel menembak mati seorang ibu dan anak perempuan di sana.

Tank-tank IDF juga menargetkan biara Suster-suster Bunda Teresa, bagian dari kompleks gereja yang juga menampung 54 penyandang disabilitas, kata patriarkat tersebut.

“Generator gedung, sumber bahan bakar, panel surya dan tangki air juga hancur,” ucapnya.

Saat penembakan terjadi, ibu dan anak itu sedang berjalan menuju biara ketika tembakan terjadi.

“Satu orang terbunuh ketika dia mencoba membawa yang lain ke tempat yang aman,” kata patriarkat tersebut.

Tujuh orang lainnya juga tertembak dan terluka dalam serangan di kompleks gereja tersebut, katanya.

IDF menyangkal bertanggung jawab

VIVA Militer: Warga sipil Gaza terjebak di reruntuhan bangunan

Namun, IDF tampaknya menyangkal bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

“Perwakilan gereja menghubungi IDF terkait ledakan yang terdengar di dekat gereja. Selama dialog antara IDF dan perwakilan masyarakat, tidak ada laporan mengenai serangan terhadap gereja, atau warga sipil yang terluka atau terbunuh,” bunyi pernyataan IDF.

“Tinjauan terhadap temuan operasional IDF mendukung hal ini.”

IDF juga mengatakan pihaknya menanggapi klaim mengenai kerusakan situs sensitif dengan sangat serius, terutama gereja, mengingat komunitas Kristen adalah kelompok minoritas di Timur Tengah.

“IDF hanya menargetkan teroris dan infrastruktur teror dan tidak menargetkan warga sipil, tidak peduli agama mereka… (dan) mengambil tindakan besar untuk menghindari kerugian terhadap warga sipil yang tidak terlibat,” tambah pernyataan itu.

Militer Israel telah menghadapi gelombang kritik internasional yang semakin meningkat atas penembakan tersebut.

“Warga sipil tak bersenjata menjadi sasaran bom dan tembakan, ini terjadi bahkan di dalam kompleks paroki Keluarga Kudus, di mana tidak ada teroris kecuali keluarga, anak-anak, orang sakit dan penyandang disabilitas,” kata Paus Fransiskus, pada akhir pekan lalu.

Menteri Negara Inggris untuk Timur Tengah Tariq Ahmad juga mengutuk pembunuhan tersebut dan meminta Israel untuk mematuhi hukum kemanusiaan. “Terkejut bahwa warga sipil yang mengungsi di sebuah gereja di Gaza utara telah terbunuh dan yang lainnya terluka,” kata Ahmad dalam sebuah pernyataan.

“Israel harus mematuhi hukum kemanusiaan internasional. Warga sipil harus dilindungi. Gencatan senjata yang berkelanjutan, yang mengarah pada perdamaian berkelanjutan, sangat dibutuhkan,” tambahnya.

Warga Palestina mengungsi di Rafah akibat pemboman Israel di Jalur Gaza

Beberapa anggota keluarga besar Moran mengungsi di gereja pada minggu pertama setelah 7 Oktober. Keluarganya juga telah kehabisan kaleng jagung terakhir, ketika situasi memburuk, kata Moran. Dia bahkan menyerukan pemerintah dan militer Israel untuk berhenti menargetkan gereja tersebut.

Moran menceritakan bahwa dia telah kehilangan salah satu anggota keluarganya, yang meninggal karena dehidrasi. “Dia berusia 81 tahun dan dalam kondisi sehat sebelum semua ini terjadi dan dia meninggal karena tidak bisa pergi ke rumah sakit,” katanya.

“Saya tidak yakin (anggota keluarga saya yang tersisa) akan selamat,” tambahnya.

“Saya hanya akan mengatakan ini kepada pemerintah Israel, ini adalah minggu sebelum Natal, apakah ini saatnya Anda ingin bertengkar dengan Paus? Apakah ini saatnya Anda ingin mengusir paksa warga Palestina dari tempat yang mereka pilih untuk mencari perlindungan?,” tanya Moran.

Moran juga menegaskan, tidak pernah ada kehadiran Hamas di gereja tersebut. “Pernyataan bahwa Hamas beroperasi dari gereja tersebut tidak berdasar.”

Halaman Selanjutnya

“Generator gedung, sumber bahan bakar, panel surya dan tangki air juga hancur,” ucapnya.