Birgadir Jenderal TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi

by -104 Views

Dokter Ben Mboi, yang saya temui sudah pensiun sejak lama. Beliau pensiun sebagai tentara maupun gubernur Nusa Tenggara Timur. Di kalangan TNI, beliau dikenal sebagai seorang dokter militer yang turut serta dengan pasukan baret merah (RPKAD) yang diterjunkan ke Merauke selama operasi pembebasan Irian Barat. Saat itu, komandan kompi yang diterjunkan adalah Kapten Benny Moerdani yang kemudian menjadi Menhan dan Pangab pada tahun 1980-an. Pak Ben Mboi adalah dokter yang berada di kompi milik Pak Benny Moerdani yang ikut serta dalam operasi di Merauke.

Selama beberapa kali pertemuan saya dengan Pak Ben Mboi, beliau bercerita banyak kisah menarik. Salah satunya adalah kisah saat menaiki pesawat Hercules untuk terjun ke Irian Barat. Saat itu, yang melepas adalah Panglima Komando Mandala yaitu Mayor Jenderal TNI Soeharto yang kemudian menjadi jenderal dan akhirnya Presiden Republik Indonesia. Pak Ben Mboi menceritakan bahwa pasukan yang dipimpin oleh Pak Benny Moerdani, termasuk Pak Ben Mboi yang saat itu masih berpangkat Letnan Satu, dipelankan di sebelah Pesawat Hercules yang mesinnya sudah menyala. Di bawah desing mesin pesawat Hercules yang sangat bising, Pak Harto menyampaikan sambutan yang sangat singkat.

Menurut Pak Ben Mboi, kata-kata Pak Harto pada saat itu adalah, “Sebentar lagi saudara-saudara akan berangkat untuk diterjunkan di daerah Merauke dalam rangka operasi merebut kembali Irian Barat. Dua tim sebelum kalian sudah diterjunkan beberapa minggu lalu sampai hari ini tidak ada kontak dengan mereka. Kemungkinan kalian tidak kembali lebih dari 50%. Saya beri waktu tiga menit, kalau ada di antara kalian yang ragu-ragu, yang tidak mau berangkat silakan keluar barisan.”

Menurut Pak Ben Mboi, tidak ada yang keluar barisan. Pak Harto melihat jamnya dan setelah tiga menit memerintahkan semua pasukan agar naik pesawat. Menurut Pak Ben Mboi, jika Pak Harto memberi waktu lebih dari 5 menit, mungkin banyak yang keluar barisan.

Cerita ini menggambarkan heroisme yang lucu namun menginspirasi. Dalam hati, mungkin orang-orang benar-benar merasa khawatir jika diberi waktu lebih lama untuk berpikir. Mungkin itulah semangat heroik saat itu yang melanda seluruh bangsa Indonesia.

Pak Ben Mboi juga punya cerita menarik lainnya setelah pensiun dari jabatan gubernur. Saat itu, anak buahnya dan stafnya baru sadar bahwa Pak Ben Mboi tidak memiliki rumah. Mereka mulai menggalang dana dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah serta beberapa pengusaha lokal untuk membangun rumah untuk Pak Ben Mboi. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak prajurit hebat yang mengabdikan seluruh karirnya untuk negara, namun pensiun tanpa memiliki rumah. Mereka tidak melakukan korupsi atau mencari keuntungan pribadi namun tidak diberi imbalan yang pantas. Oleh karena itu, anak buahnya menemukan cara untuk mendapatkan dana yang cukup untuk membangun rumah bagi komandan mereka setelah komandan mereka pensiun.

Salah satu pelajaran yang saya ambil dari Pak Ben Mboi adalah, “Prabowo, kalau mau jadi pemimpin yang baik, saya hanya bisa anjurkan 2 hal. Pertama, cintai rakyatmu dan kedua, gunakan akal sehatmu, kau tidak akan meleset.”

Ini adalah pesan yang selalu saya ingat. Sebagai pemimpin, kita harus mencintai rakyat dan anak buah kita. Selain itu, kita harus menggunakan akal sehat, tidak terlalu mengada-ada. Dari sana, saya selalu ingat pepatah Jawa “Ojo Rumongso Iso, Nanging Iso Rumongso.” Pemimpin jangan merasa mampu, tetapi harus mampu merasakan perasaan, penderitaan, dan kebutuhan orang lain. Itu adalah ucapan-ucapan filosofi yang sangat mendalam bagi saya. Dari Pak Ben Mboi, “Cintai Rakyatmu, Gunakan Akal Sehatmu” sudah saya jadikan pegangan hidup saya.

Source link