Selasa, 26 Desember 2023 – 06:24 WIB
Jakarta – Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas’ud, menyatakan pendapatnya tentang ide dari calon Wakil Presiden nomor urut satu, Muhaimin Iskandar, yang ingin membangun 40 kota setara dengan Jakarta untuk meratakan pembangunan. Menurut Rahmad, pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan dianggap lebih realistis daripada ide membangun 40 kota setara dengan Jakarta jika ingin melakukan pemerataan.
“Hampir semua warga Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan, mendukung sepenuhnya pemindahan IKN. Saya sebagai kepala daerah berani mengatakan bahwa membangun 40 kota setara dengan Jakarta itu tidak logis. Kepala daerah saja selama 10 tahun belum tentu bisa mengubah desa menjadi kota,” kata Rahmad pada Senin 25 Desember 2023.
Kemudian, alumni Universitas Tri Dharma Balikpapan itu menyinggung ancaman yang muncul akibat ketidakmerataan ekonomi, seperti keinginan untuk memisahkan diri dari Indonesia seperti yang pernah terjadi di Aceh dan Papua. Ide-ide separatis sering muncul karena pemerintah pusat terlalu mengeksploitasi kekayaan daerah tanpa memperhatikan prinsip-prinsip keadilan.
“Masyarakat Kalimantan Timur tidak iri dengan pusat. Buktinya, hampir Rp600 triliun dalam APBN berasal dari bumi Kalimantan Timur. Tapi, tidak ada warga kami yang pernah memberontak. Maksud saya, pemerataan merupakan cara untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045 melalui pembangunan yang tidak hanya terpusat di Jawa dan menjaga kesatuan bangsa,” ujar Wali Kota Balikpapan sejak 2016.
Lebih lanjut, Rahmad menjelaskan faktor sosiologis yang menjelaskan dukungan warga Kalimantan terhadap pemindahan ibu kota. Salah satunya adalah fakta sejarah bahwa Kalimantan pernah menjadi pusat Nusantara sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri.
“Tidak ketinggalan, politisi Golkar ini berterima kasih kepada calon Wakil Presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, yang menggaungkan aspirasi warga Kalimantan dalam debat cawapres pada Jumat 22 Desember 2023. Dia mengapresiasi bagaimana Gibran menarasikan pembangunan IKN bukan sekadar upaya pemerataan ekonomi, tapi juga sebagai simbol Indonesia sentris yang tidak terpusat di Pulau Jawa,” tambah Rahmad.
Dia juga menyoroti keberanian Gibran sebagai sosok pemuda yang ingin menghadirkan perubahan di Indonesia. “Saya melihat Mas Gibran berani mengorbankan dirinya untuk anak muda. Padahal karier dia masih panjang, dan tidak banyak anak muda yang berani seperti itu. Apa yang disampaikan Mas Gibran dalam debat kemarin, khususnya soal IKN dan pemerataan, adalah simbol ‘perlawanan’ anak muda untuk bangkit,” ujar dia.
Dia mengatakan, dalam mengambil keputusan untuk setiap kebijakan, pasti bakal diwarnai Pro-kontra. Tapi kemaslahatan dan dukungan dari IKN ini sangat besar. “Di Balikpapan, kami sudah melihat manfaat dari pembangunan IKN. Hotel-hotel penuh, alhamdulillah UMKM kuliner naik terus. Sekarang kami sedang mengantisipasi lonjakan orang, karena mereka pasti akan singgahnya di Balikpapan,” tutup Rahmad.