Civitas akademika Universitas Trisakti mendorong empat mahasiswanya yang gugur pada tragedi 12 Mei 1998 atau yang dikenal sebagai Tragedi Trisakti jadi pahlawan reformasi. Ketua IKA Trisakti, Maman Abdurrahman, menyampaikan aspirasi besar dari seluruh civitas akademika Trisakti untuk memberikan penghormatan kepada mereka sebagai pahlawan reformasi atau pahlawan nasional. Pihak universitas akan memperjuangkan aspirasi tersebut dengan melibatkan para pihak terkait.
Maman menyatakan bahwa momentum untuk mendorong pengakuan tersebut saat ini cukup tepat, terutama karena keberadaannya di kabinet memberikan peluang untuk memperjuangkannya dengan lebih mudah. Keempat mahasiswa Trisakti yang meninggal pada masa reformasi adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie, meninggal karena tindakan keras aparat saat melakukan aksi demonstrasi.
Tragedi Trisakti merupakan bagian kelam dari sejarah demokrasi Indonesia, di mana saat itu terjadi demonstrasi besar yang menuntut pengunduran diri Soeharto dari jabatan presiden. Pada tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan Bintang Jasa Pratama kepada keempat mahasiswa tersebut serta menetapkan mereka sebagai Pahlawan Reformasi, berdasarkan keputusan Presiden Nomor 057 / TK/ 2005 tanggal 9 Agustus 2005.
