Perusahaan biofarmasi asal Jerman, ATAI Life Sciences, telah mengambil langkah strategis dengan mengalokasikan sebagian cadangan kasnya ke Bitcoin (BTC). Keputusan ini seiring dengan tren perusahaan besar lainnya yang menggunakan Bitcoin sebagai aset strategis dalam neraca keuangan mereka.
Ketua Dewan ATAI Life Sciences, Christian Angermayer menjelaskan alasan di balik keputusan ini dalam sebuah posting di Substack. Ia menyoroti bagaimana Bitcoin dapat membantu perusahaan dalam menjaga dan mengoptimalkan modalnya di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dalam strategi perbendaharaan berbasis Bitcoin, ATAI Life Sciences akan menginvestasikan dana awal sebesar USD 5 juta atau sekitar Rp 82,3 miliar (berdasarkan asumsi kurs Rp 16.480 per dolar AS) dalam BTC. Meskipun begitu, perusahaan tetap akan mempertahankan cadangan kas yang cukup untuk menutupi kebutuhan operasional hingga 2027.
MicroStrategy, yang dipimpin oleh Michael Saylor, adalah salah satu pelopor pendekatan ini yang telah menginspirasi banyak perusahaan untuk mendiversifikasi aset keuangan mereka dengan Bitcoin. Dengan keputusan ini, ATAI Life Sciences menjadi salah satu perusahaan biofarmasi pertama yang memasukkan Bitcoin ke dalam strategi keuangannya, menunjukkan bahwa adopsi aset digital semakin meluas di berbagai industri.
Tentunya, keputusan investasi adalah di tangan pembaca dan penting untuk melakukan riset dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Hal ini dikarenakan investasi memiliki risiko sendiri. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.