Sebuah insiden penangkapan tujuh tersangka jaringan penyuplai senjata api dan amunisi kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) mengungkap fakta mengejutkan. Salah satu tersangka yang terlibat dalam jaringan itu diketahui bekerja sebagai seorang petugas keamanan atau satpam di sebuah SMA di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tersangka, yang dikenal dengan inisial AP, telah ditangkap oleh jajaran Polda DIY beberapa waktu yang lalu.
Menurut keterangan Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol FX Endriadi, AP menerima beberapa pucuk senjata api dari salah seorang saudaranya, yang kemudian menyebabkan dia masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polda Papua. Polda DIY, setelah mendapat informasi terkait keberadaan AP dalam DPO Polda Papua, segera bergerak sebagai pendukung atau backup dalam penanganan kasus ini.
Penangkapan AP terjadi di kediamannya di Minggir, Sleman, dimana petugas berhasil menyita sekitar 200 peluru dan empat senjata api organik, termasuk dua pucuk jenis M-16, satu pucuk SS1, dan satu pucuk Mouser. Patrige Renwarin, Kapolda Papua, menjelaskan bahwa operasi penangkapan tujuh tersangka itu merupakan bagian dari upaya serius dalam mengatasi penyelundupan senjata ke wilayah Papua. Tujuh tersangka ini memiliki peran masing-masing dalam jaringan tersebut, seperti penyedia dana, pembelian senjata, perantara penyimpanan senjata, dan operator pembuatan senjata api rakitan.
Dalam operasi tersebut, penyidik berhasil menyita total 17 senjata api dan ribuan butir amunisi, bersama dengan peralatan perakitan dan bahan peledak. Uang tunai sebesar Rp369 juta juga turut ditemukan dalam penyelidikan ini. Kasus ini menunjukkan keseriusan pihak berwenang dalam memberantas penyelundupan senjata, serta kerja sama antara beberapa pihak kepolisian di berbagai provinsi. Koordinasi yang solid ini diharapkan dapat mengurangi ancaman keamanan dari kelompok bersenjata di wilayah Papua.
