Pada hari Selasa, 4 Maret 2025, mantan presiden Peru, Pedro Castillo, menampik tuduhan pemberontakan terhadapnya. Dalam sidang upaya pembubaran Kongres untuk menghindari pemakzulan karena dugaan korupsi, Castillo menyebut tuduhan tersebut sebagai lelucon. Castillo, seorang mantan guru sekolah dengan latar belakang kiri yang dijuluki sebagai “presiden miskin pertama” Peru setelah terpilih pada tahun 2021, digulingkan dan ditangkap setelah menjabat selama 17 bulan.
Petugas polisi menangkap Castillo atas tuduhan pemberontakan karena dirinya berencana membubarkan parlemen. Castillo sendiri ditahan sejak Desember 2022 dan menghadiri pembukaan persidangannya pada hari Selasa. Dalam persidangan tersebut, jaksa menuntut hukuman penjara 34 tahun untuk Castillo atas tuduhan pemberontakan dan penyalahgunaan wewenang.
Pedro Castillo menolak tuduhan tersebut, menilainya sebagai bagian dari rencana politik untuk menjatuhkannya. Sebagai pemimpin serikat pekerja yang terlibat dalam aksi mogok guru pada tahun 2017, Castillo sejak menjabat pada Juli 2021 telah menghadapi tekanan politik dari berbagai pihak. Ia telah selamat dari dua pemungutan suara pemakzulan sebelumnya dan saat ini sedang menghadapi yang ketiga.
Penangkapan Castillo terjadi saat ia menuju Kedutaan Besar Meksiko dengan istri dan dua anaknya. Keluarganya saat ini mencari suaka di kedutaan tersebut. Tiga mantan menteri, mantan penasihat presiden, dan tiga pejabat polisi juga ikut diadili bersama Castillo. Peru telah mengalami ketidakstabilan politik kronis dengan enam presiden dalam delapan tahun terakhir. Dina Boluarte, wakil presiden Castillo, telah mengambil alih kekuasaan dan tetap menjabat meskipun banyak protes yang menuntutnya turun dan mengadakan pemilihan umum lebih awal.