MAJOR GENERAL TNI (RET.) SUHARTONO SURATMAN

by -33 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga adalah penembak yang hebat. Dia juga sangat pandai berenang. Biasanya, seseorang yang pandai dalam freefall tidak pandai menyelam, atau sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat mahir dalam keduanya, freefall dan menyelam. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga hebat dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah seorang Perwira TNI yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi idola bagi bawahannya dan generasi selanjutnya.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang sesuai untuk menjadi Kepala Sekolah Menengah Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

‘Saya bersedia’. Bayangkan kecintaan tanah air dari pria ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Kodam Kalimantan. Dia sekarang pensiun, namun dia bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah juniorku selama satu tahun. Kami pernah bersama untuk waktu yang cukup lama. Meskipun ada perbedaan usia di antara kami, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adikku sendiri. Ketika kami masih lajang, dia sering menginap di rumah orangtuaku di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Saat saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia menjadi Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami berdua ditempatkan di Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Namaku samaran Kancil; sedangkan dia disebut Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia sangat baik sebagai seorang perwira lapangan.

Sejak menjadi taruna, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Dia pernah menjadi anggota tim nasional anggar. Dia juga anggota tim renang AKMIL; dan juga seorang penembak yang handal.

Di KOPASSUS, dia mencuat sebagai seorang perwira muda yang baik. Ketika saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasan saya untuk menunjuk Pak Tono sebagai Komandan Pasukan Katak unit kontra-teror. Sejak itu, saya sering pergi ke medan perang bersama Pak Tono.

Dalam karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan Grup Para-Commando 1 KOPASSUS. Dia juga menggantikanku sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Pelatihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi terbaik dari semua KODAM. Kompi-kompi ini dilatih khusus dalam taktik anti gerilya, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali dikerahkan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Pasukan ini merupakan cikal bakal Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu saat menjabat Kepala Staf Angkatan Darat.

 

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga adalah penembak yang handal. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu dll. Dia juga seorang perenang yang luar biasa, tak heran, karena dia memimpin Pasukan Katak Detasemen 81. Dia berlatih dengan Pasukan Katak elit Angkatan Laut (KOPASKA). Selain itu, dia juga seorang penyelam tempur dan parajumper freefall yang luar biasa.

Biasanya, seseorang yang mahir dalam freefall tidak bisa menyelam, dan sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat terampil dalam keduanya. Dia juga hebat dalam karate. Dia adalah orang yang komplit. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah teladan yang baik dan diidolakan oleh para perwira dan generasi muda.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk meningkatkan Sekolah Menengah Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. Sekolah Menengah Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Ketika saya masih seorang perwira muda saat itu, saya terlibat dalam merancang konsep awal sekolah tersebut dan menyampaikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang sesuai untuk menjadi kepala sekolah, sehingga saya meminta Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

Siap. Saya bersedia!’, jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan kecintaan tanah air dari pria ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Komando Daerah Militer di Kalimantan. Dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi Kepala Sekolah Menengah Taruna Nusantara. Dia memandang sekolah tersebut sebagai ‘kawah’ untuk mendidik dan melatih murid-murid yang luar biasa yang kelak akan menjadi pemimpin unggul, sangat penting bagi masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah juniorku yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, dia seharusnya menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia lebih baik dalam tugas komando daripada saya, bahkan mungkin menjadi Komandan KOSTRAD.

Source link