Foundation for Indonesia’s Advancement: Our Nation’s Potential [Indonesia’s Domestic Market]

by -578 Views

Oleh: Prabowo Subianto [dikutip dari “Strategi Transformasi Nasional: Menuju Indonesia Emas 2045,” halaman 151-152, edisi softcover ke-4]

Pasar Domestik yang Luas

Dengan populasi yang melebihi 270 juta dan sekitar 20% atau sekitar 50 juta orang termasuk dalam kategori ‘kelas menengah’ (World Bank, 2020), Indonesia menawarkan pasar yang luas dan menarik.

Populasi yang begitu besar berarti hampir setiap industri bisa berkembang hanya dengan memenuhi pasar Indonesia. Ambil contoh industri pakaian. Jika 50 juta orang membeli satu pasang celana setiap tahun, dengan harga Rp. 100.000 per pasang, itu adalah bisnis senilai Rp. 5 triliun. Dengan margin keuntungan 10%, itu adalah Rp. 500 miliar dalam pendapatan. Dan itu hanya dari celana, belum lagi jenis pakaian lainnya.

Pasar domestik Indonesia begitu signifikan sehingga banyak perusahaan asing berlomba masuk dan menjual produk mereka di sini. Bahkan pada tahun 2022, dengan GDP Indonesia mencapai USD 1,3 miliar (sekitar Rp. 19.588 triliun), konsumsi rumah tangga menyumbang 52% atau sekitar Rp. 10.100 triliun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding konsumsi pemerintah yang hanya menyumbang 9% terhadap GDP Indonesia dan ekspor sebesar 25%.

Ini berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi rumah tangga. Kabar baiknya adalah, ada potensi besar untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga. Misalnya, saya perhatikan konsumsi protein per kapita dan konsumsi listrik kita masih jauh di bawah negara-negara maju.

Memperbaiki gizi dan kualitas hidup di Indonesia, hanya dengan peningkatan konsumsi protein dan listrik, bisa secara signifikan meningkatkan konsumsi rumah tangga – dan GDP Indonesia.

Untuk memaksimalkan peluang ini, peningkatan konsumsi protein seharusnya berasal dari sumber-sumber yang diproduksi secara domestik. Dari peternak susu Indonesia, produsen telur, budidaya ikan, nelayan, dan petani.

Generasi listrik juga seharusnya, sebanyak mungkin, berasal dari sumber energi terbarukan dan menggunakan peralatan, mesin, dan keahlian dari Indonesia. Saya tidak menentang produk dan layanan asing di Indonesia. Tetapi kita harus bersaing. Jika itu tentang menjual celana, pemerintah harus memastikan bahwa orang Indonesia dapat bersaing. Pasar tidak boleh dikuasai oleh kekuatan ekonomi besar.

Saya percaya pada kualitas produk Indonesia dibandingkan dengan produk asing. Kita sudah memiliki sepeda buatan Indonesia, kapal, senjata, dan bahkan jeep yang dirancang di Indonesia. Senjata buatan PINDAD sering kali unggul dalam kompetisi internasional. Ini adalah bukti nyata kemampuan industri kita yang pantas mendapat kesempatan untuk tumbuh.

Source link