Dugderan Kirab in Semarang Enlivening Moment despite the Rain

by -89 Views

Sabtu, 9 Maret 2024 – 22:35 WIB

Semarang – Meski tengah diguyur hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung meriah. Antusiasme masyarakat tetap tinggi, dengan berbondong-bondong menyambut rombongan kirab dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang, Sabtu, 9 Maret 2024.

Prosesi Dudgeran dimulai dengan upacara di halaman Balai Kota Semarang. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum, Adipati Kota Semarang. Di tengah acara tersebut, Mbak Ita, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa prosesi Kirab Dudgeran ini sebagai tanda agar masyarakat siap menyambut bulan suci Ramadan.

Mbak Ita yang juga berperan sebagai Adipati Kota Semarang Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum, menandai peresmian Dudgeran dengan memukul bedug bersama jajaran Forkopimda. Ditemani pasukan berkuda, Mbak Ita melepas kirab arak-arakan dengan tanda pemecahan kendi. Ia kemudian naik kereta kuda diiringi pasukan berkuda yang dikomandoi oleh Kadisbudpar Kota Semarang, Wing Wiyarso di barisan terdepan.

Wali Kota perempuan pertama di Kota Semarang ini bahkan turut membagikan makanan kepada masyarakat yang menyaksikan kirab di sepanjang Jalan Pemuda. Menurut Mbak Ita, prosesi Dudgeran kali ini semakin lengkap dengan keikutsertaan warga Tionghoa.

Mbak Ita menyebutkan bahwa dengan kolaborasi dan akulturasi budaya dalam prosesi Dudgeran ini, Kota Semarang menjadi satu-satunya kota yang memiliki prosesi seperti itu. Dengan prosesi Dudgeran ini, Mbak Ita menyatakan bahwa ini merupakan perayaan bersama dalam menyambut bulan Ramadan dengan penuh keikhlasan hingga menyongsong Idul Fitri.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan bahwa prosesi Dudgeran ini digelar secara rutin setiap tahun. Menurutnya, prosesi ini pertama kali diinisiasi oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat pada tahun 1881.

Prosesi dimulai dengan adanya Pasar Dudgeran di sekitar Alun-alun Semarang yang dimeriahkan dengan berbagai permainan. Warak Ngendog sebagai simbol Dudgeran merupakan binatang imajiner yang menunjukkan akulturasi budaya Kota Semarang sejak zaman dahulu. Acara kebudayaan ini juga menunjukkan toleransi tinggi antar umat beragama, antar etnis di Kota Semarang.

Mbak Ita memimpin prosesi kirab hingga Masjid Agung Semarang Kauman, di mana akan diterima oleh Tafsir Anom bersama Alim Ulama yang hadir. Di Masjid Kauman, akan diumumkan kepada masyarakat tentang penentuan hari datangnya bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah.