Pemerintah Akan Mengalokasikan 250 Ribu Ton Beras untuk Menstabilkan Pasar

by -135 Views

Senin, 12 Februari 2024 – 18:12 WIB

Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengungkapkan Pemerintah akan menguyur 250 ribu ton beras Stabilitas Pasokan Harga Pasar (SPHP). Hal ini dilakukan sebagai intervensi Pemerintah untuk meredam gejolak harga di masyarakat.

Erick mengatakan, saat ini beras masih mengalami defisit, yang mana produksi beras surplus ada di Maret 2024. Sehingga, untuk menutupi gap tersebut, Pemerintah menggelontorkan beras melalui Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

“Lalu diambil kebijakan. Untuk itu kita gelontorkan lagi 250 ribu (ton), ini contohnya, beras SPHP,” ujar Erick di Ramayana, Klender, Jakarta Timur, Senin, 12 Februari 2024.

Erick menjelaskan, beras yang dikuasai Bulog saat ini sebanyak 1,2 juta ton, dan akan masuk lagi 500 ribu ton beras melalui impor di akhir Maret 2024 nanti. Dengan demikian, Erick memastikan stok beras cukup untuk masyarakat.

Adapun, banyaknya stok ini yang akan digunakan untuk mengendalikan harga beras di pasaran. Sebelum nantinya stok beras akan dibanjiri kembali dari hasil produksi dalam negeri.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi membenarkan soal adanya pembatasan pembelian beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP), di seluruh ritel modern. Pembatasan itu agar masyarakat mendapatkan beras secara adil alias tidak berlebihan.

“Arief menuturkan, pagi tadi Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan agar stok beras di retail modern terpenuhi. Dalam hal ini pedagang beras di Cipinang akan mengepak berasnya untuk disalurkan ke pasar tradisional dan ritel modern.

“Saya minta Dirut Food Station, ketua Aprindo, kami mau percepat 5 kg, 5 kg SPHP. Nanti Bulog koordinasi dengan penggiling padi cetak secepatnya kirim ke pasar tradisional. Presiden perintahkan semuanya tolong convert ke 5 kg kirim ke modern market, jadi teman-teman bantu saya di Cipinang,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya – “Pembatasan seluruh ritel itu pemerataan, karena kalau ritel beli 10 ton itu bukan ritel namanya. Kalau 5-10 ton main ke pasar Cipinang main di sini ada, kalau ke ritel 10 kg, di rumah kita cadangan 5-10 kg. Kalau rumah 10 ton namanya jualan,” ujar Arief di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Senin, 12 Februari 2024.