Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Muhammad Yusuf

by -148 Views

Ditulis oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Saya sering mendengar nama Jenderal Muhammad Jusuf sebelum akhirnya bertemu dengannya. Beliau adalah sahabat dari orang tua saya. Keduanya memiliki semangat nasionalis dan sama-sama berjuang melawan Belanda. Pada saat orang tua saya menjadi Menteri Perdagangan, beliau menjabat sebagai Menteri Perindustrian.

Pertemuan pertama saya dengan Jenderal Muhammad Jusuf terjadi ketika beliau melakukan inspeksi di Markas Komando Kopassus, Cijantung. Saat itu, beliau baru saja diangkat menjadi Panglima TNI pada tahun 1978.

Ketika beliau masuk ke barak saya, beliau langsung bertanya, “Prabowo, apa kesulitan kompi kamu sekarang.” Saya menjawab, “Panglima, tidak ada air di kompi saya.” Memang saat itu, Cijantung sedang mengalami kesulitan air.

Beliau langsung memerintahkan Asisten Logistik (Aslog) TNI saat itu untuk membuat pompa air untuk kompi saya. Dan sebulan kemudian, pompa air dan menara air sudah tersedia. Jenderal Jusuf juga mengunjungi kompi dan batalyon lainnya serta memberikan solusi langsung terhadap keluhan prajurit.

Beliau terkenal sangat peduli terhadap prajurit, termasuk mengecek rumah tangga dan makanan prajurit. Dulu semua prajurit dapat susu dan kacang hijau.

Dari beliau, saya belajar bahwa seorang pemimpin harus turun ke lapangan dan langsung memberikan solusi atas persoalan yang ada. Karena itu, Jenderal Muhammad Jusuf sangat dihormati dan bahkan dicium tangannya oleh anak buahnya. Belum ada lagi panglima seperti beliau.

Namun, setelah kunjungan Pak Jusuf yang pertama itu, saya malah ditegur oleh banyak senior karena melaporkan kesulitan tersebut. Saya bingung karena seharusnya kami dituntut untuk jujur kepada atasan. Sebagai seorang komandan, saya juga harus bertanggung jawab pada anak buah. Namun saya tetap tenang.

Saya bertemu lagi dengan beliau di Timor Timur saat operasi pengejaran Presiden Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato. Saya memimpin kompi dengan sandi Nanggala 28, dan pada saat itu pangkat saya adalah Letnan Satu.

Operasi pengejaran berakhir dengan sukses setelah pasukan berhasil menyergap Lobato. Mendengar kabar tersebut, Jenderal Jusuf datang untuk memberikan penghargaan kepada pasukan yang berhasil. Keputusan beliau untuk memberi penghargaan atas prestasi anak buah di lapangan menjadi salah satu hal yang berkesan bagi saya terhadap kepemimpinan beliau.

Saya sangat terkesan dengan sederhana dan rendah hati Jenderal Jusuf. Pada tahun 1995, ketika saya menjadi brigadir jenderal, saya mengunjungi beliau. Saya merasa bahwa beliau adalah panutan dan mentor bagi saya.

Jenderal Jusuf hidup dengan sangat sederhana meskipun pernah menjabat dalam posisi yang sangat berkuasa di Indonesia. Beliau tidak mau membeli mebel baru, tidak memiliki penjagaan, dan tidak mempunyai ajudan.

Pelajaran yang saya dapatkan dari Jenderal Jusuf adalah bahwa seorang komandan militer harus tulus dan jujur kepada negara, anak buah, dan diri sendiri. Beliau adalah contoh seorang prajurit, jenderal, dan komandan yang mandiri dan tidak ingin menyusahkan mantan bawahannya dengan meminta berbagai layanan. Tak heran para anak buahnya sangat mencintainya, dan tak heran pula saya sangat mencintainya.

Sumber: https://prabowosubianto.com/kepemimpinan-jenderal-tni-purn-muhammad-yusuf/

Source link