Jakarta – Kepemimpinan nasional ke depan membutuhkan orang yang dapat menyatukan elit nasional. Pada saat yang sama, tidak mengizinkan kekuatan asing membuat Indonesia tempat mereka bermain.
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Gelora, Anis Matta, mengatakan bahwa sepanjang masa kedua Presiden Jokowi adalah masa rekonsiliasi. Dimana keduanya menjadi kompetitor di dua kali pemilu presiden atau pilpres tahun 2014 dan 2019. Sehingga, rekonsiliasi menjadi penting.
“Kenapa ini penting, karena ketika berbicara krisis global dalam kaitan kepentingan umat, maka Indonesia diharapkan tidak menjadi taman bermainnya negara adidaya, seperti Suriah dan Ukraina,” kata Anis Matta, dalam keterangan persnya saat berdialog dengan tokoh Jawa Timur di Surabaya, dikutip Senin 11 Desember 2023.
Dengan situasi global seperti itu, menurutnya elit yang menyatukan adalah yang dibutuhkan. Dia memahami geopolitik global. Ditegaskan eks Presiden PKS itu, pemimpin juga tidak perlu sempurna, tetapi tepat dengan situasi kondisi saat ini.
“Di sejarah Islam sendiri, kita mengenal satu fakta, bahwa dalam memilih pemimpin itu tidak perlu sempurna, tapi orang yang tepat. Jadi yang menentukan orang itu layak atau tidak kita pilih, itu masalah relevansi saja,” jelas Wakil Ketua DPR RI 2009-2014 itu.
Maka situasi yang sekarang terjadi itu, menurutnya capres Prabowo Subianto adalah sosok yang tepat. Anis mengatakan cukup lama mengenal Prabowo. Dan pada Pilpres 2024 ini, dia rela mengambil keputusan yang tidak menyenangkan pendukungnya sendiri. Tetapi itu demi kemaslahatan bersama.
“Pak Prabowo itu saya kenal sebagai orang kuat dan sekarang saya kenal sebagai orang yang rendah hati, karena beliau berani mengambil keputusan yang tidak menyenangkan bagi pengikutnya demi kemaslahatan yang lebih besar,” katanya.
Sikap yang sama, lanjut Anis, ditunjukkan oleh Presiden Jokowi. Pertarungan di 2014 dan 2019 yang menguras energi. Tetapi Jokowi juga berbesar hati dengan mengajak Prabowo masuk di pemerintahan periode keduanya dan hingga sekarang menjadi Menteri Pertahanan.
“Kedua orang ini (Prabowo Subianto – Joko Widodo) adalah orang baik yang mau berbesar hati melakukan rekonsiliasi bersama-sama,” katanya.
Dalam konteks geopolitik global, Anis mengatakan kalau Prabowo-Gibran adalah calon yang tegas menolak Indonesia menjadi playground atau arena bermain bagi negara adidaya.
“Saya ini bukan tipe orang yang suka membela calon yang didukung itu berlebihan. Saya juga tidak suka menisbahkan sifat-sifat yang tidak ada pada seseorang, hanya semata-mata karena mencalonkannya. Semua calon itu pasti ada kelemahannya,” ujar Anis Matta.
Bahwa ada yang mempertanyakan kemampuan Gibran, Anis mengatakan perlu juga dilihat ketika Presiden Jokowi menunjuk KH Maruf Amin. Soal kemampuan selalu dipertanyakan oleh sejumlah pihak. Tetapi ternyata, Kiyai Maruf punya kemampuan yang mumpuni yang awalnya orang berpandangan berbeda.
“Dalam situasi itu, menurutnya Gibran juga serupa. Agar tidak meng-underestimate atau meremehkan kemampuan Gibran. Sebab memang belum ada perdebatan yang terjadi. Menurutnya, Gibran juga memiliki success stories yang tidak diketahui semua orang.
“Pada prinsipnya, Partai Gelora tidak ragu maupun canggung dalam mendukung pasangan Prabowo-Gibran, karena sudah sesuai dengan alur konteks sekarang.
“Program Partai Gelora tersebut, lanjut Anis Matta, juga akan menghidupkan ekonomi rakyat misalnya dalam penyediaan susu dan makan siang gratis di sekitar sekolah, karena kebutuhannya akan disediakan oleh masyarakat sekitar.”
Halaman Selanjutnya
“Pak Prabowo itu saya kenal sebagai orang kuat dan sekarang saya kenal sebagai orang yang rendah hati, karena beliau berani mengambil keputusan yang tidak menyenangkan bagi pengikutnya demi kemaslahatan yang lebih besar,” katanya.