Jakarta – Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mendorong Indonesia National Air Carrier Association (INACA) dan para maskapai penerbangan di Tanah Air, memperbanyak layanan penerbangan pada rute-rute di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal, dan Pedalaman (3TP).
Dia menegaskan, sampai saat ini layanan rute penerbangan yang melayani daerah-daerah 3TP tersebut masih sangat sedikit. Padahal, masyarakat di wilayah-wilayah tersebut sangat membutuhkan layanan penerbangan guna menunjang aktivitasnya. “Kalau kita lihat bandara-bandara utama, itu kesibukannya sangat luar biasa. Tapi bandara-bandara kecil baik di Jawa maupun di luar Jawa, itu berkebalikan, sangat kurang,” kata Budi Karya di acara 53rd INACA Annual General Meeting, di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis, 2 November 2023.
Meskipun terdapat sejumlah rute penerbangan yang menguntungkan secara bisnis, seperti misalnya Jakarta-Bali atau Jakarta-Makasar, namun Menhub menekankan perlunya membangun konektivitas di wilayah 3TP tersebut. “Supaya bagaimana saudara-saudara kita, misalnya yang di Miangas itu, dapat terjangkau dengan baik,” kata Budi.
Meskipun memahami bahwa membangun konektivitas di wilayah-wilayah 3TP itu cukup sulit, namun Menhub berharap para stakeholder terkait juga bisa membantu mewujudkan layanan penerbangan di wilayah-wilayah 3TP, khususnya di Indonesia bagian Timur. “Cari format-format yang baik, format-format kebersamaan dengan masyarakat, Kabupaten, dan sebagainya. Karena kita butuh bantuan dari INACA untuk menjembatani anggota-anggota yang di daerah, untuk melaksanakannya dengan baik,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja menambahkan, dorongan dari Menhub itu merupakan imbauan positif bagi INACA, termasuk bagi para maskapai penerbangan. Dia mengaku akan berupaya melakukan kajian terkait insiatif tersebut, dan berharap bahwa pemerintah juga bisa membantu para maskapai dalam upaya mereka mengoperasikan penerbangan perintis ke daerah-daerah 3TP itu. “Karena kerja sama yang sekarang ini terjalin, dalam model bisnis perintis ini, masih perlu kita kaji lagi sama-sama. Agar maskapai yang mendukung kegiatan penerbangan di daerah-daerah terpencil ini dapat dipahami kesulitannya dalam melangsungkan operasionalnya,” ujarnya.