Masyarakat Lebih Responsif Terhadap Pilpres Dibandingkan Pileg Menurut Anggota DPR RI Fraksi PKB

by -101 Views

Anggota DPR RI Fraksi PKB dari Dapil Jabar X (Kuningan, Ciamis, Banjar, Pangandaran) mengatakan bahwa saat ini masyarakat lebih mengutamakan Pemilihan Presiden (Pilpres) daripada Pemilihan Legislatif (Pileg).

Pernyataan ini disampaikan oleh Yanuar setelah menjadi pemateri dalam acara Sosialisasi Program Strategis Kementerian ATR/BPN di Hotel Grand Cordella, Jalan Siliwangi Kuningan pada Selasa (24/10/2023).

Menurut Yanuar, Pilpres bukan hanya tentang politik karena minat masyarakat terhadap Pilpres jauh lebih besar daripada Pileg, terutama Partai. Di Kuningan khususnya, Yanuar mengatakan bahwa respon masyarakat sangat luar biasa. Ia juga telah berkomunikasi dengan berbagai pihak di lapangan, seperti para kyai, ustadz, tokoh pemuda, kaum ibu, dan bahkan orang yang belum pernah berpolitik sekalipun sempat ditanya.

“Jika ditanya tentang Pilpres, mereka masih memberikan respon yang positif. Namun, tidak semua orang ingin ikut serta dalam Pileg. Tetapi animo masyarakat terhadap Pilpres sangat luar biasa,” ujar Yanuar.

Selanjutnya, hampir semua yang ditanya mengenai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Anies-Imin (Amin), responnya juga sangat positif. Bahkan beberapa komponen masyarakat yang bertemu dengannya, sudah meminta izin untuk membentuk relawan Amin.

“Bagi saya itu tidak masalah, karena itu merupakan inisiatif dari masyarakat. Maksudnya, mereka membentuk relawan. Karena relawan adalah satu komunitas yang memiliki inisiatif untuk mengorganisir diri mereka sendiri dan melakukan sosialisasi tentang pasangan calon presiden yang mereka inginkan. Ini dilakukan di luar partai politik, karena partai memiliki aturan sendiri yang terikat dengan DPP,” jelas Yanuar.

Terkait dengan potensi persaingan suara antara pasangan Anies-Imin dengan Ganjar-Mahfud di kalangan Nahdliyin, menurut Yanuar tidak ada masalah. Karena di PDIP ada Mahfud MD, sedangkan di PKB ada Gus Muhaimin, yang artinya semua pihak sudah memiliki pandangan dan dukungan masing-masing.

“Ketum PKB, Gus Muhaimin, semua sudah tahu arah gerakannya dan siapa yang dia komunikasikan. Seperti kata orang Sunda, ‘kamana norolongna’, artinya publik sudah bisa melihatnya. Tapi saya tidak tahu arah gerakan Pak Mahfud,” kata Yanuar.

Yanuar menegaskan bahwa Nahdliyin tidaklah terpecah, karena Nahdliyin bukan satu komunitas yang harus secara resmi mendukung pasangan calon presiden atau calon wakil presiden tertentu. Karena itu, Nahdliyin memiliki kebebasan untuk memilih.

“Tapi jangan lupa bahwa Nahdliyin juga memiliki tradisi yang tidak selalu diinstitusionalisasikan. Mereka juga melihat, siapa orang yang bisa dipercaya untuk memperjuangkan mereka ke depan. Mereka memperjuangkan syiar Islam, kesejahteraan warga NU, lembaga pendidikan NU, terutama yang berbasis pesantren dan majelis taklim, dan sebagainya. Juga mengenai kesehatan, lapangan kerja, dan lain-lain,” ungkap Yanuar.

“Orang-orang NU sebagian besar berada di sektor agraris, pertanian, perkebunan. Sebagian lagi mengelola lembaga pendidikan. Mereka semua sudah tahu hal ini. Siapa yang mengurusinya, Cak Imin atau Pak Mahfud? Semua sudah tahu jawabannya, karena rekam jejak mereka berbeda,” tambahnya.

Menanggapi apakah Amin mendapat keuntungan dengan munculnya pasangan calon presiden dan calon wakil presiden lain, Yanuar mengatakan bahwa hal tersebut bisa saja merupakan pendapat publik. Meskipun demikian, tidaklah menjadi satu-satunya patokan.

“Tentang kemenangan Pilpres, masing-masing memiliki strategi dan metode yang berbeda-beda,” pungkasnya.